2021/22 tidak menjadi musim positif buat Lille, yang berakhir di peringkat ke-10 klasemen Ligue 1. Keputusan mengganti pelatih ternyata memberikan dampak positif buat klub berjuluk Les Dogues tersebut.
Pelatih sebelumnya, Jocelyn Gourvennec, gagal menggantikan peran Christophe Galtier yang pindah ke Nice di pertengahan tahun 2021 lalu. Lille pun mengambil keputusan berani dengan memecat Gourvennec dan mempekerjakan Paulo Fonseca.
Ada perubahan yang cukup signifikan di kubu Lille sejak Fonseca hadir, dengan catatan tujuh kemenangan dari 13 laga. Dan sejujurnya, Fonseca pun tidak menyangka kehadirannya bisa memberikan hasil sesignifikan ini.
“Saya harus membuat pengakuan, saya terkejut karena para pemain, mereka memahami gagasan saya dari awal. Mereka mencoba semua yang saya minta dan tim mulai bermain berdasarkan ide saya sangat cepat,” ujar Fonseca.
“Salah satu hal yang presiden dan pemilik minta adalah mengubah cara tim bermain. Saya bilang bahwa saya adalah pelatih menyerang, dan saya menjelaskan gagasan ke para pemain, gagasan menyerang, dan tim merasa nyaman dengan cara bermain seperti itu,” lanjutnya.
Tugas Fonseca sendiri tidaklah mudah. Ia tiba saat Lille dalam periode transisi, dengan sejumlah pemain bintang seperti Sven Botman dan Renato Sanchez meninggalkan klub.
“Saya sudah tahu sebelumnya bahwa saya akan kehilangan pemain-pemain penting, jadi saya harus mulai membangun tim dengan pemain baru,” jawab Fonseca.
“Ini tantangan besar karena dari musim di mana Lille juara, timnya sudah sangat berubah dan memiliki pemain baru juga menjadi motivasi besar buat saya, untuk melihat pemain baru ini tumbuh dalam gagasan tim,” tandasnya.
Sumber: bein sport
m.rizki red/wartakumnews.co.id